Suamiku Ajarkan Aku Merindu pada Pria Lain
Tak kusangka, waktu berlalu sangat cepat. Tubuhnya sudah semakin menua. Tulangnya mulai terlihat. Kerutan di wajahnya menandakan usianya tak muda lagi.
Aku jadi ingat sosok wanita yang sangat kuat. Beliau senantiasa menemani kekasih-Mu. Memang aku tak tahu rupanya. Tapi, sifatnya seakan lahir dalam darah ibuku.
Baca Juga : Ayo Mem-Ber-Andal
Memang ibuku tak sehebat beliau. Kelemahan dan kekurangan ibuku sangatlah banyak. Kelebihan yang ia miliki pun tak dapat dihitung oleh jari. Bagiku, ibu adalah hartaku. Dibandingkan dengan dunia, maka ibu lebih bernilai.
Jika dunia ini ibarat sebuah taman.
Aku adalah bunga-bunga yang membuat taman itu cantik. Lalu, ibuku adalah manusia yang menyiram dan memberi pupuk untuk bunga-bunga di taman serta yang membersihkan taman dengan ikhlas agar indah dipandang dan menyejukkan hati. Memberikan rasa nyaman.
Memang terkadang suka dibuat kesal olehnya. Sekalipun aku pernah menaruh benci padanya. Rasa sesal akan dirasa setelahnya. Lalu, aku mulai membenci diriku. Hemm. Tak patut ditiru.
Lewat ibu, aku diperkenalkan dengan seorang pria. Pria yang mengajarkanku untuk merindu pada kekasih-Mu. Orang itu adalah kamu. Pria yang menjadi suamiku. Iya, suamiku mengajarkan untuk merindu dan mencintai Engkau dan kekasih-Mu melebihi rindu dan cinta kepadanya.
Baca Juga : Rindu, Penghubung Benang yang Terputus
Hal itu mengingatkanku ketika ayahku melarang keras untuk berpacaran. Ayah berkata agar aku dapat mencintai Allah dan Rasul-Nya sebelum mencintai pasanganku nanti.
Aku dan suamiku merindu bersama. Merindukanmu. Sunnahmu kami lakukan dengan ikhlas, kami mengharap ridho-Mu.
Sudah kukatakan di awal. Waktu berjalan sangat cepat. Suamiku telah pergi. Tak ingin kehilangan yang ketiga kalinya. Aku tak mau ibu pergi juga.
Kalau egoku muncul. Aku hanya berkata pada hati kecilku, kuyakini bahwa kekasih-Mu ingin berjumpa dengan orang-orang yang merindu kepadanya, menjalankan sunnahnya, sekalipun tak pernah berjumpa atau melihat rupanya.
Baca Juga : Pendewasaan Diri Katanya
Sembari menunggu waktu kematianku tiba. Aku terus merindu kepada kekasih-Mu. Merawat ibuku.
Sampai bertemu di dunia yang kekal.
Merindu Rasulullah.
-Cito-
Sampul : @jhtodesutha
Belum ada Komentar untuk "Suamiku Ajarkan Aku Merindu pada Pria Lain"
Posting Komentar