BUKAN TUHAN - Jangan Katakan PASTI
Kalau berbicara perihal kepastian sepertinya mustahil. Sebab siapa yang menjamin sebuah kepastian?
Baca Juga : Manusia Sejuta Mimpi BUKAN Manusia Sejuta Khayal
Seperti biasanya, manusia menginginkan sebuah kepastian. Mengubah diri menyesuaikan lingkungan. Sampai suatu hari nanti kau akan bertanya, siapa aku sebenarnya? Pertanyaan yang wajar sebab kau selalu mengubah diri menyesuaikan lingkungan tempatmu berada.
Apakah kau takut? Apa kau berpikir manusia di tempatmu tak mau menerimamu? Apa kau bosan dengan sifatmu yang sekarang? Apa kau suka berakting? Atau kau memang suka mempermainkan manusia bahkan dirimu sendiri pun kau permainkan.
Wah wah wah. Sungguh hidup ini penuh dilema bukan?
Kalau kau tau akan dilahirkan ke dunia ini, kau ingin dilahirkan menjadi apa? Bisakah memilih?
Hemm... tak perlu repot-repot berpikir demikian.
Hanya Allah, Sang Pemberi Kepastian yang sudah pasti adanya.
Kita tak perlu memberikan kepastian kepada manusia lain. Jangan katakan pasti ketika temanmu meminta kau datang ke rumahnya. Kau katakan “pasti aku datang”. Salah besar kawan. Siapa yang menjamin kamu datang? Bisa jadi kau mati di jalan.
Jika kau berhadapan dengan orang lemah, kau katakan “pasti aku yang menang”. Salah lagi. Siapa yang jamin kau tak dapat kalah?
Mungkin kau pernah mengatakan “aku pasti bisa mengerjakan soal ulangan itu kalau kemarin belajar materi tersebut”. Sungguh salah. Bagaimana jika Allah tak menakdirkan keesokan harinya ulangan.
Baca Juga : Insomnia, Malam, dan Pikiranku
Hari-hari selalu berjalan demikian. Sampai kau akan mengubah dirimu sendiri. Ketika berhadapan dengan orang yang lemah, kau tertawa. Ketika berhadapan dengan orang yang hebat, kau tertunduk. Seolah-olah kau mengubah dirimu sendiri sesuai apa yang mereka mau. Atau sesuai apa yang kamu mau?
Tak lelah menjadi manusia yang mereka inginkan? Tak bisakah menjadi dirimu sendiri? Menjadi dirimu apa adanya. Biarlah mereka tahu kamu apa adanya, manusia yang tulus denganmu akan datang sendirinya tanpa kau pinta. Tak perlu ada yang ditakuti kecuali Allah swt.
Mungkin kau boleh mengubah perilakumu, sekadar mengamati keaadaan manusia di sekitarmu. Lalu, apa tujuanmu? Memastikan mereka di bawah kekuasaanmu? Memastikan mereka mau berteman denganmu? Memastikan mereka tak lebih kuat darimu? Memastikan kau mendapatkan tempat di lingkunganmu? Lalu, kau berpikir bahwa kepastian itu ada di tanganmu setelah memastikannya? Lucu sekali. Muak aku dengan hal seperti itu. Tidak ada yang pasti.
Sudahlah, kau akan lupa kalau hidup ini sebentar. Kau akan lupa bahwa kau hidup di dunia fana, jangan terlalu sibuk dengan merengek kepastian dari manusia. Kau tak akan mendapatkannya.
Baca Juga : Ketakutan Tersembunyi Setiap Nadi Manusia
Ganti ucapanmu itu! JANGAN pernah mengatakan PASTI PASTI dan PASTI !!! Apalagi memastikan hal yang tidak tahu kepastiannya. Jangan menyusahkan dirimu sendiri. Kau itu BUKAN TUHAN!!!
Memastikan itu boleh. Bukan berati kau menjamin kepastiannya.
Katakanlah In Shaa Allah, yang artinya jika Allah mengizinkan. Sebab semua itu terjadi atas kuasa-Nya. Jadi janganlah sekali-kali, mengatakan kata “pasti” sebab kita bukan Tuhan.
-Cito-
(gambar : @asma.niin - instagram) |
Baca Juga : Manusia Sejuta Mimpi BUKAN Manusia Sejuta Khayal
Seperti biasanya, manusia menginginkan sebuah kepastian. Mengubah diri menyesuaikan lingkungan. Sampai suatu hari nanti kau akan bertanya, siapa aku sebenarnya? Pertanyaan yang wajar sebab kau selalu mengubah diri menyesuaikan lingkungan tempatmu berada.
Apakah kau takut? Apa kau berpikir manusia di tempatmu tak mau menerimamu? Apa kau bosan dengan sifatmu yang sekarang? Apa kau suka berakting? Atau kau memang suka mempermainkan manusia bahkan dirimu sendiri pun kau permainkan.
Wah wah wah. Sungguh hidup ini penuh dilema bukan?
Kalau kau tau akan dilahirkan ke dunia ini, kau ingin dilahirkan menjadi apa? Bisakah memilih?
Hemm... tak perlu repot-repot berpikir demikian.
Hanya Allah, Sang Pemberi Kepastian yang sudah pasti adanya.
Kita tak perlu memberikan kepastian kepada manusia lain. Jangan katakan pasti ketika temanmu meminta kau datang ke rumahnya. Kau katakan “pasti aku datang”. Salah besar kawan. Siapa yang menjamin kamu datang? Bisa jadi kau mati di jalan.
Jika kau berhadapan dengan orang lemah, kau katakan “pasti aku yang menang”. Salah lagi. Siapa yang jamin kau tak dapat kalah?
Mungkin kau pernah mengatakan “aku pasti bisa mengerjakan soal ulangan itu kalau kemarin belajar materi tersebut”. Sungguh salah. Bagaimana jika Allah tak menakdirkan keesokan harinya ulangan.
Baca Juga : Insomnia, Malam, dan Pikiranku
Hari-hari selalu berjalan demikian. Sampai kau akan mengubah dirimu sendiri. Ketika berhadapan dengan orang yang lemah, kau tertawa. Ketika berhadapan dengan orang yang hebat, kau tertunduk. Seolah-olah kau mengubah dirimu sendiri sesuai apa yang mereka mau. Atau sesuai apa yang kamu mau?
Tak lelah menjadi manusia yang mereka inginkan? Tak bisakah menjadi dirimu sendiri? Menjadi dirimu apa adanya. Biarlah mereka tahu kamu apa adanya, manusia yang tulus denganmu akan datang sendirinya tanpa kau pinta. Tak perlu ada yang ditakuti kecuali Allah swt.
Mungkin kau boleh mengubah perilakumu, sekadar mengamati keaadaan manusia di sekitarmu. Lalu, apa tujuanmu? Memastikan mereka di bawah kekuasaanmu? Memastikan mereka mau berteman denganmu? Memastikan mereka tak lebih kuat darimu? Memastikan kau mendapatkan tempat di lingkunganmu? Lalu, kau berpikir bahwa kepastian itu ada di tanganmu setelah memastikannya? Lucu sekali. Muak aku dengan hal seperti itu. Tidak ada yang pasti.
Sudahlah, kau akan lupa kalau hidup ini sebentar. Kau akan lupa bahwa kau hidup di dunia fana, jangan terlalu sibuk dengan merengek kepastian dari manusia. Kau tak akan mendapatkannya.
Baca Juga : Ketakutan Tersembunyi Setiap Nadi Manusia
Ganti ucapanmu itu! JANGAN pernah mengatakan PASTI PASTI dan PASTI !!! Apalagi memastikan hal yang tidak tahu kepastiannya. Jangan menyusahkan dirimu sendiri. Kau itu BUKAN TUHAN!!!
Memastikan itu boleh. Bukan berati kau menjamin kepastiannya.
Katakanlah In Shaa Allah, yang artinya jika Allah mengizinkan. Sebab semua itu terjadi atas kuasa-Nya. Jadi janganlah sekali-kali, mengatakan kata “pasti” sebab kita bukan Tuhan.
-Cito-
Belum ada Komentar untuk "BUKAN TUHAN - Jangan Katakan PASTI "
Posting Komentar