Curhatnya Sama Gue, Jadiannya Sama yang Lain
"Dari setiap luka yang kita rasakan, kita bisa menyembunyikannya di balik senyum, tetapi tidak di dalam hati."
Setiap kali dia ada masalah, orang yang pertama dicarinya adalah kamu. Sekadar mendengarkan keluh kesahnya. Mendengar ceritanya.
Baca Juga : Kamu Berhak Bahagia
Aku adalah orang yang setuju bahwa manusia itu sebenarnya tidak begitu membutuhkan nasihat, yang dibutuhkannya hanyalah teman yang mau mendengarkan.
Hanya mendengarkan cerita atau curhatannya saja, itu sudah cukup baginya, tanpa perlu memberikan pendapatmu atau menasihatinya.
Kamu adalah orang yang telah mengenalnya sejak lama, sudah bertahun-tahun. Dia betah curhat denganmu. Begitu sebaliknya, kadang juga kamu cerita dengannya. Kalian sudah sangat akrab, sampai kebiasaan buruk masing-masing sudah tak asing lagi.
Tiap hari kamu chattingan dengannya. Sampai-sampai kamu buka Hp hanya untuk memastikan apakah ada notif dari dia atau tidak, kalau tak ada, simpan kembali Hpnya. Akhirnya kamu jatuh hati padanya.
Entahlah.. kamu begitu ingin menghiburnya, melihatnya tertawa dan senang, menjalani hari-hari tanpa beban. Selalu mendengarkan curhatnya.
Tiba-tiba dia mengabari, ada seseorang yang sangat menarik perhatiannya. Dia berharap semoga seseorang itu, segera mengirim Whatsapp padanya. Sekarang isi obrolanmu dengannya hanya membahas seseorang itu. Dia memberitahumu akun instagram seseorang itu walau sebenarnya kamu tak perlu tahu dan tak begitu penting.
Namun sayangnya kamu sudah jatuh hati padanya, dan mulai khawatir kalau-kalau dia menemukan yang lebih nyaman darimu. Mau bagaimana pun, rasa penasaran itu selalu mengalahkan kesabaran, kamu benar-benar mencari tahu siapa orang itu.
Dan benar saja. Orang yang ditunggu-tunggu whatsappnya, akhirnya menghubungi juga.
Aku ucapkan, “Selamat menikmati hari-hari barumu, kawan.”
Kini kamu hanya melihat tulisan ‘online’ di bawah namanya. Tidak ada lagi tulisan ‘sedang mengetik’. Rupanya ada yang lebih mengasyikan.
Tidak ada lagi cerita. Tidak ada lagi curhat. Balasan whatsapp ala kadarnya.
Baca Juga : Salam Kenal Sesama Calon MABA
Hari demi hari mulai timbul rasa curiga.
“Curhatnya sama gue, jadiannya sama yang lain. Gimana ceritanya, gue yang tiap hari ada untuknya, dengerin curhatnya, tiba-tiba datang seseorang mengalihkan seluruh perhatiannya. Baru juga kenal belum lama”
Percuma. Kamu mau ngomong apa pun, dia tak akan mendengarkanmu, tak akan meladenimu. Kamu mau bilang kepadanya: jangan tergoda, itu hanya perasaan awal saja, nanti seiring waktu dia akan hilang. Dia baik sama kamu karena ingin memiliki kamu, kalau gagal milikin kamu, kamu bakal dihujatnya.
Aku ingin memberitahumu, kawan: percuma menasihati orang yang sedang mabuk. Apalagi mabuk karena cinta sesaat.
Maka sikap terbaik untuk menghadapi situasi menjengkelkan semacam ini: tetaplah menjadi lembut dan baik seperti kamu biasanya.
Jangan sampai karena seseorang memperlakukanmu dengan buruk, lantas kamu pun memperlakukan mereka dengan buruk.
Jadilah pemaaf yang tulus. Jangan biarkan sikap pahit orang lain merebut sikap manismu.
Jangan sampai luka yang kamu terima membuatmu menjadi pendendam dan benci.
Baca Juga : Bukan Tuhan, Jangan Katakan PASTI
Tetaplah jadi dirimu karena dari luka, kita bisa banyak belajar untuk memahami. Toh yang punya hati bukan hanya kamu, manusia yang lain juga punya hati, maka hargai saja mereka. Terkadang kita memang harus merasakan luka agar mengerti apa itu bahagia.
Bukankah ditolak adalah hal biasa dalam cinta?
Belum ada Komentar untuk "Curhatnya Sama Gue, Jadiannya Sama yang Lain"
Posting Komentar