Pendewasaan Diri, Katanya?!

Gambar siluet pria dan bulan

"Dunia ini bagaikan sampan kecil yang berada di tengah samudra, membuatnya terombang-ambing dengan ribuan ombak yang menerjangnya"

Ketika aku melihat kebelakang, aku telah datang lebih jauh daripada dugaanku. Aku tidak tahu bahwa aku kelelahan, bahkan sebuah kata bisa mebuat luka terbuka begitu lebarnya dan hal-hal yang tidak pernah aku katakan berubah menjadi bola-bola yang menghantam otakku.

Baca Juga : Datang lalu Pergi

Hal yang lebih buruk dari itu adalah saat dimana aku membiarkan diriku sendirian, hal tersebut akan membuat aku takut akan diriku sendiri.


Saat aku menjadi anak-anak, rasanya begitu mengagumkan menjadi orang dewasa. Mulai dari pergi sekolah, bebas tanpa ada rasa takut dan keluar rumah setiap hari tanpa ada yang memarahi.


Namun nyatanya setelah aku tumbuh semakin dewasa, maka banyak hal yang akan aku rindukan saat masa anak-anak.


Saat tumbuh menjadi orang dewasa, aku merindukan hangatnya rumah, merindukan kekhawatiran orang tua dan merindukan keharmonisan didalamnya.


Saat tumbuh menjadi orang dewasa aku menyadari beberapa hal, bahwa dunia yang ada di luar sana tidak semengagumkan yang aku kira dan aku menyadari bahwa keluargaku tak selalu sempurna.


Saat tumbuh menjadi dewasa, aku melihat bagaimana dunia ini berputar, melihat yang seharusnya tidak dilakukan oleh makhluk yang bernama manusia, melihat bagaimana sebuah kejujuran dan keadilan hanya sebuah kata yang mendiskriminasi dan aku melihat para diktator korup yang ingin menggunakan anak tujuh tahun yang aku temui tiga tahun lalu. Ternyata orang dewasa tidak semengagumkan yang aku kira.


Saat tumbuh menjadi dewasa, aku menjadi bingung tentang hal yang akan aku lakukan, bahkan tentang hal yang telah aku lakukan sejauh ini. Hanya melakukan sendiri, melakukannya ribuan kali dan merusak puluhan hingga ratusan kali. Tak ada kesempatan yang berarti di kehidupan yang krisis ini.


Bahkan saat aku tidak ingin melihat perbuatan mereka, aku dipaksa membuka mataku. Begitu juga saat aku tak ingin berbicara sama sekali, aku dipaksa menaikkan suaraku. Hanya demi kepentingan mereka, aku dituntut harus seperti mereka. Aku takut dan terus merasa takut.


Begitulah kejamnya dunia ini.


Nyatanya itu adalah sebuah proses, aku selalu berpikir atas hal yang aku lakukan selama ini.

Apakah aku melakukannya dengan baik?

Apakah aku melakukan hal yang benar?

Apakah aku membuat mereka bangga?

Apakah aku menyakiti perasaan mereka?

Ataukah aku melakukan hal yang aku sendiri takuti?

Ada pada masanya aku kehilangan tujuan hidupku.

Ayah!!! Jika kau melihat anakmu ini, katakan padaku jawabannya.

Ayah!!! aku masih terlalu muda dan rapuh untuk menjadi dewasa, bahkan aku masih tidak tahu jalan.

Aku tahu, bahwa menjadi dewasa terlalu menyakitkan. Terlalu banyak hal yang terus menerus memukul diriku sendiri dan bodohnya terus mencambuk hingga terlalu banyak luka yang tidak menutup.

Baca Juga : Rindu, Penghubung Benang yang Terputus 

Anakmu yang dianggap sudah dewasa ini tak mampu menemukan jawabannya, ia merindukan setiap nasihat yang kau berikan diwaktu kecil.

Gambar vektor perahu dan bulan di tengah laut
Perahu di tengah samudra (pinterest)

Ku katakan bahwa dunia ini bagaikan sampan kecil yang berada di tengah samudra, membuatnya terombang-ambing dengan ribuan ombak yang menerjangnya.


Mungkin aku pernah dimasa saat sampanku diterjang ombak dengan begitu kerasnya sehingga aku tenggelam di dalam samudra, aku tenggelam terlalu dalam hingga kedinginan, kelelahan dan merasa takut.


Namun, aku memiliki perlawanan agar diriku tak tenggelam lebih dalam. Terus berenang naik ke atas dan jangan berhenti sampai naik di atas sampan, karena masih banyak hal yang harus aku lakukan.


Membayangkan begitu kerasnya orang tuaku berjuang, dan aku menjadi cermin bagi adikku, rasanya aku harus tidak tidur sehingga mereka dapat tidur dengan nyaman.


Aku berpikir bahwa bukan saatnya aku menyerah pada proses ini.

Baca Juga : Tidak Semua yang Tidak Terlihat Itu Tidak Ada

Bahwa itu semua adalah proses menuju dewasa, ketika kau melaluinya kau akan memahami. Hanya perlu berdiri dengan kuat walau kamu kesepian dan merasa takut. Berhenti menangis lalu naikkan lagi tanggung jawabmu.


-Kara-

Banner : abdullah_evindar

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Belum ada Komentar untuk "Pendewasaan Diri, Katanya?!"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel