"Maaf"- Untuk Pemaaf yang Tak Memaafkan Dirinya Sendiri
"Hal tersulit bukanlah memaafkan kesalahan yang dibuat orang lain. Melainkan memaafkan kesalahan diri sendiri" katanya datar, lalu pergi meninggalkanku sendiri.
Baca Juga : Jangan Baper! Ramah Bukan Berarti Suka
Saat itu langit berkabut dan aku terus mengontrol pikiranku. Sebuah perpisahan yang disebabkan oleh kesalahanku yang dimana aku tak pernah berpikir lebih akan suatu hal. Jika saja aku menyadari keberadaanku saat itu, mungkin aku masih berada di sisimu saat ini. Dan disetiap ujung perpisahan yang pernah ada dalam hiduku, lagi dan lagi aku tak bisa melakukan apa-apa. Dan "maaf" adalah suara terakhir ku saat itu.
Dan nyatanya, hingga detik ini aku tak pernah tidur dengan nyenyak. Aku kesal dan marah pada diri sendiri. Aku selalu berpikir bahwa kondisi kita saat ini adalah salahku. Semuanya berkecamuk antara pikiran dan hatiku. Seperti ada api di dalam sana yang tak mampu aku padamkan. Lagi dan lagi aku merasa bahwa aku tak pantas untuk dimaafkan.
Saat itu hanya ada dirimu dan sebuah bintang. Dengan dingin dan gelapnya malam, tiga kata mendarat di telingaku. Dengan sedikit keraguan saat kau hendak mengucapkannya, namun aku yakin kau bersungguh-sungguh.
Hanya tiga kata itu, aku diam membeku dan membuat malam ini semakin dingin. Dan hanya kata "maaf" yang bisa keluar dari mulutku dan berpikir bahwa setelah ini semuanya akan baik-baik saja.
Baca Juga : Yakin Cuma Teman?
Namun nyatanya, aku salah. Hingga dititik saat kau menatapku dengan senyum itu dan manik itu mengeluarkan kesedihannya, isak tangisku pun pecah saat itu dan membuat dinginnya malam semakin menusuk tulangku.
Jika saja diri ini tak seegois itu, mungkin saat ini aku masih berdiri di sampingmu. Dan ternyata, hanya dengan melakukan hal tersebut membuat diriku bahagia.
Namun nyatanya, itu adalah peristiwa tiga tahun lalu yang saat ini hanya aku simpan tapi rasanya masih begitu nyata.
Detik ini, saat malam begitu dingin. Ada satu kalimat yang terlintas dalam benakku.
"Bisakah kau mengingatku sebagai orang yang baik?"
Dan kalimat selanjutnya yang terlintas adalah sama setiap kali aku mengingatmu
"Maaf... Maaf aku tak bisa melindungimu"
Dan aku hanya berharap bahwa aku hanya salah satu dari banyak orang yang ada dalam hidupmu untuk datang dan pergi.
Baca Juga : Ketika Masalah Menyapa Senyumin Saja
Aku teringat ucapan temanku empat tahun lalu, bahwa pria dan wanita tidak bisa hanya sebatas teman. Dengan sombongnya diri ini mengelak dan nyatanya saat ini aku menyesalinya. Jika saja aku bisa membedakan rasa itu, jika saja ada sebuah jarak diantara kita.
Mungkin hal tersebut tidak akan terjadi. Lagi dan lagi aku hanya berkata "jika dan mungkin". Dua kata yang menggambarkan penyesalan dan membuat diri ini lupa, bahwa itu adalah takdir dari Sang Maha Kuasa
Saat ini, dia tak pernah kembali karena Tuhan yang terlalu sayang padanya. Dan saat ini, hanya ada aku yang menyesalinya sendiri. Hanya ada aku yang mengingat kenangan itu sendiri. Hanya ada aku yang menangis saat malam terasa dingin. Hanya ada aku yang mencoba untuk memaafkan diri sendiri. Dan nyatanya apa yang kau ucapkan benar, bahwa memaafkan diri sendiri tidaklah mudah.
-Kara-
Baca Juga : Jangan Baper! Ramah Bukan Berarti Suka
Saat itu langit berkabut dan aku terus mengontrol pikiranku. Sebuah perpisahan yang disebabkan oleh kesalahanku yang dimana aku tak pernah berpikir lebih akan suatu hal. Jika saja aku menyadari keberadaanku saat itu, mungkin aku masih berada di sisimu saat ini. Dan disetiap ujung perpisahan yang pernah ada dalam hiduku, lagi dan lagi aku tak bisa melakukan apa-apa. Dan "maaf" adalah suara terakhir ku saat itu.
Dan nyatanya, hingga detik ini aku tak pernah tidur dengan nyenyak. Aku kesal dan marah pada diri sendiri. Aku selalu berpikir bahwa kondisi kita saat ini adalah salahku. Semuanya berkecamuk antara pikiran dan hatiku. Seperti ada api di dalam sana yang tak mampu aku padamkan. Lagi dan lagi aku merasa bahwa aku tak pantas untuk dimaafkan.
Saat itu hanya ada dirimu dan sebuah bintang. Dengan dingin dan gelapnya malam, tiga kata mendarat di telingaku. Dengan sedikit keraguan saat kau hendak mengucapkannya, namun aku yakin kau bersungguh-sungguh.
Hanya tiga kata itu, aku diam membeku dan membuat malam ini semakin dingin. Dan hanya kata "maaf" yang bisa keluar dari mulutku dan berpikir bahwa setelah ini semuanya akan baik-baik saja.
Baca Juga : Yakin Cuma Teman?
Namun nyatanya, aku salah. Hingga dititik saat kau menatapku dengan senyum itu dan manik itu mengeluarkan kesedihannya, isak tangisku pun pecah saat itu dan membuat dinginnya malam semakin menusuk tulangku.
Jika saja diri ini tak seegois itu, mungkin saat ini aku masih berdiri di sampingmu. Dan ternyata, hanya dengan melakukan hal tersebut membuat diriku bahagia.
Namun nyatanya, itu adalah peristiwa tiga tahun lalu yang saat ini hanya aku simpan tapi rasanya masih begitu nyata.
Detik ini, saat malam begitu dingin. Ada satu kalimat yang terlintas dalam benakku.
"Bisakah kau mengingatku sebagai orang yang baik?"
Dan kalimat selanjutnya yang terlintas adalah sama setiap kali aku mengingatmu
"Maaf... Maaf aku tak bisa melindungimu"
Dan aku hanya berharap bahwa aku hanya salah satu dari banyak orang yang ada dalam hidupmu untuk datang dan pergi.
Baca Juga : Ketika Masalah Menyapa Senyumin Saja
Aku teringat ucapan temanku empat tahun lalu, bahwa pria dan wanita tidak bisa hanya sebatas teman. Dengan sombongnya diri ini mengelak dan nyatanya saat ini aku menyesalinya. Jika saja aku bisa membedakan rasa itu, jika saja ada sebuah jarak diantara kita.
Mungkin hal tersebut tidak akan terjadi. Lagi dan lagi aku hanya berkata "jika dan mungkin". Dua kata yang menggambarkan penyesalan dan membuat diri ini lupa, bahwa itu adalah takdir dari Sang Maha Kuasa
Saat ini, dia tak pernah kembali karena Tuhan yang terlalu sayang padanya. Dan saat ini, hanya ada aku yang menyesalinya sendiri. Hanya ada aku yang mengingat kenangan itu sendiri. Hanya ada aku yang menangis saat malam terasa dingin. Hanya ada aku yang mencoba untuk memaafkan diri sendiri. Dan nyatanya apa yang kau ucapkan benar, bahwa memaafkan diri sendiri tidaklah mudah.
-Kara-
Belum ada Komentar untuk ""Maaf"- Untuk Pemaaf yang Tak Memaafkan Dirinya Sendiri"
Posting Komentar