Bukan Maksudku Ingin Meng-kambinghitam-kan SNMPTN


Gambar cowok merasa sendirian

“Kualitas manusia tidak diukur dari mana dia bersekolah”
Sebagian besar berpandangan bahwa tolok ukur kualitas seseorang adalah pendidikannya, di mana ia menempuh pendidikan, berapa lama, dan apa gelarnya. Itu memang engga salah, tapi sayangnya itu kurang tepat.

Banyak kok yang sekolah di universitas ternama, tapi hanya sekadar “numpang” duduk di bangku kuliah doang. Mungkin dapat ijazah dan gelar, tapi itu bukan pertanda bahwa dia pernah berpikir.

Baca Juga : Dari Kami yang Enggan untuk Bercerita 

Bagi kamu yang udah dapat univ dengan akreditasi bagus, engga perlu update story atau apa pun seputar ceritamu tentang univ kebanggaanmu itu, karena masih ada teman-teman kamu yang masih berjuang.

Apalagi dapat univ karena Snmptn, emangnya kamu tau apa seluk dibeluk di dalamnya, tau proses yang terjadi dan faktor apa yang berpengaruh? Kita engga pernah tau apa yang terjadi di dalamnya, yang kita tau bahwa nilai kita adalah nilai kasih sayang guru. Iya kan? Jadi untuk apa berbangga diri?

Masih ada teman-teman kita yang berjuang. Kalian para pejuang jangan pernah berkecil hati apalagi panas hati liat postingan dan story teman yang udah nyenyak dengan univ dambaannya.

Kalian Sbmptn itu nilai kalian sendiri, murni jerih payah kalian, hasil ngambis, doa, tahajud semalam suntuk, harapan-harapan kalian dan orang-orang yang mendoakan kalian.

Kalau hasilnya engga sesuai harapan dan ekpektasi, meskipun kalian udah belajar gila-gilaan, jangan berkecil hati. Lapang dada. Kualitas seseorang tidak diukur dari mana asal sekolahnya. Itu hanya pandangan skeptis orang-orang pragmatis−orang awam yang engga ngerti.

Baca Juga : Aku Sang Pembunuh

Bukannya kuingin mengkambinghitamkan anak-anak Snmptn−toh saya juga termasuk di dalamnya. Cuma saya aga jengah kalau liat “manusia” yang bangga dengan hasil snmptnnya itu.

Engga ada salahnya kita menahan diri untuk tidak pamer, untuk tidak membagikan story yang bisa bikin panas orang lain. Engga ada salahnya buat ikut mendoakan mereka yang sedang bingung, pusing, ketar-ketir mau kuliah di mana agar diberi yang terbaik. Engga ada salahnya kita menyemangati mereka.

Dulu waktu kelas 11 saya nyusun rencana apa-apa aja yang bakal dilakuin kalau saya dapat univ lumayan atau univ biasa. Saya buat agendanya yang saya rahasiakan. Sampe akhirnya saya kurang peduli mau kuliah di mana terserah mau yang lumayan atau biasa yang jelas saya udah ada rencana, tinggal kita liat dapat yang mana.

Akhirnya nyantai aja, belajar cuma ala kadarnya, mapel itu-itu aja yang dipelajari karena emang itu yang saya perlu buat modal hehe .. walau akhirnya UN mapel tersebut emang engga bagus juga sih nilainya .. hehe−iya terserah. Tapi saya bisa tenang karena udah tau apa aja yang bakal dilakuin dan engga mikirin soal gengsi apalagi omongan orang, bodo amat emang gue pikirin.

Baca Juga : Kenangan Lama

Tenang aja. Pokoknya tenang. Nyelow dulu, jangan panik. Percaya deh, kualitas seseorang tidak diukur dari mana sekolahnya.

Sukses engga melulu tentang UI, ITB, UGM, IPB, UNPAD, engga melulu tentang univ ternama. Yang penting kita punya skill dan kemampuan. Kenali dulu dirimu, di mana potensi besarmu, kembangkan lalu hantam mereka dengan pencapaianmu!!

Tenang. Teman-teman baikmu selalu ada untukmu. Mereka berdiri di sini untukmu. Mereka selalu mengkhawatirkanmu dan mendoakanmu dapat yang terbaik.

Terus berjuang, kawan. Istirahatlah kalau lelah, lalu bangkit kembali jangan nyerah. Sampai bertemu di puncak!

Catatan : kata-kata kasar hanya akan diterima kasar oleh hati yang kasar

-Daeng

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel