Kecewa, Salah Siapa?
Kamu, pernah kecewa? Entah kecewa karena apapun. Entah kecewa kepada apapun. Pasti pernah kan? Sebenarnya ini mengganggu pikiran saya.
Penyebab kita kecewa itu apa? Misal kita kecewa kepada manusia, apakah manusia itu yang kita salahkan karena telah membuat kita kecewa? Atau misalkan kita kecewa kepada takdir, apakah patut kita menyalahkan Tuhan?
Baca Juga : Percuma Belajar Kalau Berujung di Dapur
Saya rasa jawabannya tidak. Bukankah kita sama-sama tahu bahwa berharap lebih kepada manusia adalah awal kekecewaan? Lalu, kenapa kita tetap menaruh harap? Dan bukankah kita juga sama-sama tahu bahwa bukan kita yang dapat menentukan hasil akhir, melainkan Tuhan?
Lalu, mengapa kita seoalah sok tahu tentang bagaimana hasil akhirnya? Tolong bedakan antara mendikte Tuhan untuk hasil yang kita inginkan dengan rasa optimis yang kamu timbulkan. Jelas beda!
Lalu, jika menyalahkan orang lain dan Tuhan adalah hal yang salah, siapa yang harus kita salahkan atas rasa kecewa ini? Diri kita sendiri? Kata saya, ya, mungkin, bisa jadi dirimulah yang bersalah. Saya tidak memprovokasi kamu untuk menyalahlan diri sendiri saat ternyata hasil tak sesuai dengan realita.
Saya hanya ingin kamu berintropksi diri, tidak menyalahkan apapun dan siapapun. Bukankah semuanya sudah digariskan oleh Sang Maha Pencipta?
Apalagi jika kamu menyalahkan dia yang ternyata tidak sesuai dengan apa yang kamu harapkan. Berpikiran positif dalam memandang seseorang memang perlu, tapi tolong siapkan ruang untuk kecewa saat kamu mengetahui bahwa dia tidak sesuai dengan apa yang kamu pikirkan.
Baca Juga : Semoga Kita Kembali Dipersatukan
Apalagi jika dia tidak meminta dirimu untuk menilainya baik atau bahkan menyuruhmu untuk mempercayainya! Biasanya, saat kamu berpikir bahwa dia sempurna, bahwa dia semengagumkan itu, dan saat ternyata dia tidak seperti itu, kamu marah, bahkan menjauhinya.
Saya tegaskan, salah siapa? Kamu yang berharap lebih kok malah dia yang disalahkan? Kamu yang melakukan kesalahan karena salah menilai kok malah dia yang kena imbasnya? Tapi, lain hal kalau dia berkata bahwa dia itu begini dan begitu, baru kamu boleh menyalahkannya, tapi tidak sepenuhnya. Toh kamu pun bisa mengatur hati dan otakmu untuk percaya atau tidak atas apa yang dia ucapkan.
Jika kecewamu tentang hasil, lalu kamu menyalahkan takdir atau bahkan Tuhan, mungkin kamu lupa bahwa Tuhan tahu apa yang terbaik untukmu meski hal itu tidak kamu sukai. Bukankah kamu selalu berdoa agar Tuhan memberikanmu hasil yang terbaik? Hasil yang bisa mendekatkan kamu dengan-Nya? Tapi mengapa saat hasilnya tidak sesuai dengan apa yang kamu bayangkan, kamu malah menyalahkan Dia?
Baca Juga : Setidaknya Kemarin Kita Pernah Bersama
Padahal bisa jadi itu adalah hasil dari doa yang selalu kamu panjatkan, hasil yang terbaik untukmu menurut Dia. Mungkin awalnya kamu tidak menyadari bahwa ada hikmah di balik rasa kecewamu, tapi nanti setelah kamu menjalaninya, kamu akam menyadari dan tersenyum, lalu berkata, “Terima kasih Tuhan, telah menggantikannya dengan sesuatu yang lebih baik.” Percayalah, pasti ada hikmah di balik semua peristiwa.
Jadi, pesan saya, jangan terlalu berekpetasi tinggi terhadap apapun, selalu siapkan ruang hati untuk kecewa.
Jika rasa kecewa itu datang, jangan terburu-buru menyalahkan keadaan atau orang lain. Cobalah intropeksi diri, karena bisa jadi itu adalah kesalahanmu sendiri. Saya percaya bahwa hatimu tidak mudah membenci, terus berusahalah melawan apa-apa yang tidak diperbolehkan dalam agama. Semangat berjuang menjatuhkan ego dan nafsu!
Penyebab kita kecewa itu apa? Misal kita kecewa kepada manusia, apakah manusia itu yang kita salahkan karena telah membuat kita kecewa? Atau misalkan kita kecewa kepada takdir, apakah patut kita menyalahkan Tuhan?
Baca Juga : Percuma Belajar Kalau Berujung di Dapur
Saya rasa jawabannya tidak. Bukankah kita sama-sama tahu bahwa berharap lebih kepada manusia adalah awal kekecewaan? Lalu, kenapa kita tetap menaruh harap? Dan bukankah kita juga sama-sama tahu bahwa bukan kita yang dapat menentukan hasil akhir, melainkan Tuhan?
Lalu, mengapa kita seoalah sok tahu tentang bagaimana hasil akhirnya? Tolong bedakan antara mendikte Tuhan untuk hasil yang kita inginkan dengan rasa optimis yang kamu timbulkan. Jelas beda!
Lalu, jika menyalahkan orang lain dan Tuhan adalah hal yang salah, siapa yang harus kita salahkan atas rasa kecewa ini? Diri kita sendiri? Kata saya, ya, mungkin, bisa jadi dirimulah yang bersalah. Saya tidak memprovokasi kamu untuk menyalahlan diri sendiri saat ternyata hasil tak sesuai dengan realita.
Saya hanya ingin kamu berintropksi diri, tidak menyalahkan apapun dan siapapun. Bukankah semuanya sudah digariskan oleh Sang Maha Pencipta?
Apalagi jika kamu menyalahkan dia yang ternyata tidak sesuai dengan apa yang kamu harapkan. Berpikiran positif dalam memandang seseorang memang perlu, tapi tolong siapkan ruang untuk kecewa saat kamu mengetahui bahwa dia tidak sesuai dengan apa yang kamu pikirkan.
Baca Juga : Semoga Kita Kembali Dipersatukan
Apalagi jika dia tidak meminta dirimu untuk menilainya baik atau bahkan menyuruhmu untuk mempercayainya! Biasanya, saat kamu berpikir bahwa dia sempurna, bahwa dia semengagumkan itu, dan saat ternyata dia tidak seperti itu, kamu marah, bahkan menjauhinya.
Saya tegaskan, salah siapa? Kamu yang berharap lebih kok malah dia yang disalahkan? Kamu yang melakukan kesalahan karena salah menilai kok malah dia yang kena imbasnya? Tapi, lain hal kalau dia berkata bahwa dia itu begini dan begitu, baru kamu boleh menyalahkannya, tapi tidak sepenuhnya. Toh kamu pun bisa mengatur hati dan otakmu untuk percaya atau tidak atas apa yang dia ucapkan.
Jika kecewamu tentang hasil, lalu kamu menyalahkan takdir atau bahkan Tuhan, mungkin kamu lupa bahwa Tuhan tahu apa yang terbaik untukmu meski hal itu tidak kamu sukai. Bukankah kamu selalu berdoa agar Tuhan memberikanmu hasil yang terbaik? Hasil yang bisa mendekatkan kamu dengan-Nya? Tapi mengapa saat hasilnya tidak sesuai dengan apa yang kamu bayangkan, kamu malah menyalahkan Dia?
Baca Juga : Setidaknya Kemarin Kita Pernah Bersama
Padahal bisa jadi itu adalah hasil dari doa yang selalu kamu panjatkan, hasil yang terbaik untukmu menurut Dia. Mungkin awalnya kamu tidak menyadari bahwa ada hikmah di balik rasa kecewamu, tapi nanti setelah kamu menjalaninya, kamu akam menyadari dan tersenyum, lalu berkata, “Terima kasih Tuhan, telah menggantikannya dengan sesuatu yang lebih baik.” Percayalah, pasti ada hikmah di balik semua peristiwa.
Jadi, pesan saya, jangan terlalu berekpetasi tinggi terhadap apapun, selalu siapkan ruang hati untuk kecewa.
Jika rasa kecewa itu datang, jangan terburu-buru menyalahkan keadaan atau orang lain. Cobalah intropeksi diri, karena bisa jadi itu adalah kesalahanmu sendiri. Saya percaya bahwa hatimu tidak mudah membenci, terus berusahalah melawan apa-apa yang tidak diperbolehkan dalam agama. Semangat berjuang menjatuhkan ego dan nafsu!
Belum ada Komentar untuk "Kecewa, Salah Siapa? "
Posting Komentar