Sebuah Sudut Pandang tentang Sastra


gambar buku dan gelas cantik rapih



"Sastra mengajarkan akan artinya rasa kemanusiaan dan sastra membuat aku sedikit lebih manusiawi. "

Mungkin bagi sebagian orang, kalimat itu hanya untaian kata yang indah. Untaian kata yang membuat hati berkata "itu gue banget". Namun nyatanya, kalimat itu bukan hanya berisi kata dan kalimat itu bukan hanya berisi curahan hati. Tapi kalimat-kalimat itu berisikan lebih dari hal itu.

Sastra mengajarkan akan artinya rasa kemanusiaan dan sastra membuat aku sedikit lebih manusiawi. Tanpa sastra aku tak memiliki rasa kemanusiaan, tanpa kalimat-kalimat itu aku tak manusiawi dan tanpa sastra yang kuukir pada kalimat-kalimat itu aku mati.
Saat membuat rangkaian dan untaian kata yang bermakna, bukan berarti ingin dibaca. Hanya saja, ingin mengungkapkan sesuatu yang tak mampu terucap lewat lisan. Aku menyadari, bahwa kata demi kata yang aku buat, terkadang hanya menjadi pajangan bagi beranda orang-orang. Hanya menjadi sampah bagi media sosial orang-orang.

Walau begitu, sajakku tak pernah mati. Sajakku yang membuat aku lebih manusiawi. Sajakku yang membuat diriku memahami arti kemanusiaan. Walau pun kalimat-kalimat yang aku buat tidak bermanfaat. Tapi aku percaya suatu hari nanti pada tempat dan waktu yang tepat semua itu  akan bermanfaat.

Bagiku, kalimat-kalimat yang dibuat melambangkan sifat seseorang. Kalimat yang mereka buat merupakan gambaran dari hati dan pikiran mereka. Setiap kata yang ditulis memiliki makna tersendiri bagi mereka yang membuatnya. Makna yang menggambarkan sifat mereka, kondisi mereka, pikiran mereka, bahkan menggambarkan hati mereka.

Mungkin tidak semua kalimat yang mereka tulis adalah pengalaman mereka. Namun, mereka begitu memahami perasaan yang sebelumnya sama sekali tidak pernah mereka alami. Hanya dengan tulisan-tulisan itu aku lebih memahami, lebih mengerti,  lebih peka, dan lebih manusiawi dengan lingkunganku.

Bagiku, kalimat-kalimat itu bukan hanya curahan hati mereka yang tidak bisa mereka katakan. Kalimat-kalimat itu lebih dari itu. Kalimat-kalimat itu menghilangkan kegundahan, kalimat-kalimat itu menghilangkan keresahan, kalimat-kalimat itu menghilangkan rasa egois dan bahkan kalimat-kalimat itu membuat seseorang merasa hidup kembali.

Pikiran dan hati ini mengerti. Hidup bukan hanya berisikan kalimat-kalimat itu, hidup ini juga harus berinteraksi dengan sesama manusia lain. Tapi bagi mereka yang suka menguntai kata. Mereka lebih memilih bercerita lewat kalimat-kalimat itu.
Lewat kalimat-kalimat itu mereka hanya bercerita. Membiarkan spekulasi orang-orang yang membacanya. Walau mereka tidak mendapatkan solusi yang mereka cari. Tapi ada rasa tentram dan tenang di hatinya. Bagi mereka tidak semua orang bisa memahami kondisi sekitarnya, karena orang-orang itu memiliki rasa egois dan sedikit empati.

Walaupun terkadang, sastra membuatmu menjadi individualis. Tapi justru kau akan memiliki rasa kemanusiaan. Entah? Bukankah hal itu berlawanan? Mungkin kau bingung, hanya saja yang aku lalui selama ini adalah menjadi sosok individualis ketika aku hendak menulis. Namun, aku merasakan rasa kemanusiaan di dalam tulisanku, kemudian aku harus melakukan rasa kemanusiaan itu dalam dunia yang kita pijak ini, bukan hanya dunia fantasi yang aku miliki.

Semoga kalian mengerti akan kalimat bahkan kata yang aku buat selama ini. Semoga kalian paham terhadap kalimat-kalimat yang kalian baca.
Karena sajak-sajak itu bukan hanya berisi untaian kata atau kumpulan-kumpulan kata yang bermakna dalam nan indah. Tapi lebih dari itu. Aku harap, kalian memahaminya setelah membaca ini.

Dan aku bukanlah seorang sastrawan atau pun orang yang puitis. Tapi aku hanya merangkai kata yang ada di pikiran dan di hati. Aku hanya merangkai kata ketika aku ingin, ketika hatiku merasakan sesuatu atau ketika aku merasakan rasa kemanusiaan.

By. Kara

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel