Sebuah Sudut Pandang tentang Sastra
Sabtu, 08 Juni 2019
Edit
"Sastra mengajarkan akan artinya rasa kemanusiaan dan sastra membuat aku sedikit lebih manusiawi. "
Mungkin bagi sebagian orang, kalimat itu
hanya untaian kata yang indah. Untaian kata yang membuat hati berkata "itu
gue banget". Namun nyatanya, kalimat itu bukan hanya berisi kata dan kalimat
itu bukan hanya berisi curahan hati. Tapi kalimat-kalimat itu berisikan lebih dari
hal itu.
Sastra mengajarkan akan artinya rasa kemanusiaan
dan sastra membuat aku sedikit lebih manusiawi. Tanpa sastra aku tak memiliki rasa
kemanusiaan, tanpa kalimat-kalimat itu aku tak manusiawi dan tanpa sastra yang kuukir
pada kalimat-kalimat itu aku mati.
Saat membuat rangkaian dan untaian kata
yang bermakna, bukan berarti ingin dibaca. Hanya saja, ingin mengungkapkan sesuatu
yang tak mampu terucap lewat lisan. Aku menyadari, bahwa kata demi kata yang aku
buat, terkadang hanya menjadi pajangan bagi beranda orang-orang. Hanya menjadi sampah
bagi media sosial orang-orang.
Walau begitu, sajakku tak pernah mati.
Sajakku yang membuat aku lebih manusiawi. Sajakku yang membuat diriku memahami arti
kemanusiaan. Walau pun kalimat-kalimat yang aku buat tidak bermanfaat. Tapi aku
percaya suatu hari nanti pada tempat dan waktu yang tepat semua itu akan bermanfaat.
Bagiku, kalimat-kalimat yang dibuat melambangkan
sifat seseorang. Kalimat yang mereka buat merupakan gambaran dari hati dan pikiran
mereka. Setiap kata yang ditulis memiliki makna tersendiri bagi mereka yang membuatnya.
Makna yang menggambarkan sifat mereka, kondisi mereka, pikiran mereka, bahkan menggambarkan
hati mereka.
Mungkin tidak semua kalimat yang mereka
tulis adalah pengalaman mereka. Namun, mereka begitu memahami perasaan yang sebelumnya
sama sekali tidak pernah mereka alami. Hanya dengan tulisan-tulisan itu aku lebih
memahami, lebih mengerti, lebih peka, dan
lebih manusiawi dengan lingkunganku.
Bagiku, kalimat-kalimat itu bukan hanya
curahan hati mereka yang tidak bisa mereka katakan. Kalimat-kalimat itu lebih dari
itu. Kalimat-kalimat itu menghilangkan kegundahan, kalimat-kalimat itu menghilangkan
keresahan, kalimat-kalimat itu menghilangkan rasa egois dan bahkan kalimat-kalimat
itu membuat seseorang merasa hidup kembali.
Pikiran dan hati ini mengerti. Hidup bukan
hanya berisikan kalimat-kalimat itu, hidup ini juga harus berinteraksi dengan sesama
manusia lain. Tapi bagi mereka yang suka menguntai kata. Mereka lebih memilih bercerita
lewat kalimat-kalimat itu.
Lewat kalimat-kalimat itu mereka hanya
bercerita. Membiarkan spekulasi orang-orang yang membacanya. Walau mereka tidak
mendapatkan solusi yang mereka cari. Tapi ada rasa tentram dan tenang di hatinya.
Bagi mereka tidak semua orang bisa memahami kondisi sekitarnya, karena orang-orang
itu memiliki rasa egois dan sedikit empati.
Walaupun terkadang, sastra membuatmu menjadi
individualis. Tapi justru kau akan memiliki rasa kemanusiaan. Entah? Bukankah hal
itu berlawanan? Mungkin kau bingung, hanya saja yang aku lalui selama ini adalah
menjadi sosok individualis ketika aku hendak menulis. Namun, aku merasakan rasa
kemanusiaan di dalam tulisanku, kemudian aku harus melakukan rasa kemanusiaan itu
dalam dunia yang kita pijak ini, bukan hanya dunia fantasi yang aku miliki.
Semoga kalian mengerti akan kalimat bahkan
kata yang aku buat selama ini. Semoga kalian paham terhadap kalimat-kalimat yang
kalian baca.
Karena sajak-sajak itu bukan hanya berisi
untaian kata atau kumpulan-kumpulan kata yang bermakna dalam nan indah. Tapi lebih
dari itu. Aku harap, kalian memahaminya setelah membaca ini.
Dan aku bukanlah seorang sastrawan atau
pun orang yang puitis. Tapi aku hanya merangkai kata yang ada di pikiran dan di
hati. Aku hanya merangkai kata ketika aku ingin, ketika hatiku merasakan sesuatu
atau ketika aku merasakan rasa kemanusiaan.
By. Kara